Perjalanan Tirta Yatra ke Cirebon

Cirebon merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang dikenal dengan daerah penghasil terasi udang serta pusat batik mega mendung. Kota cirebon ini memiliki berbagai situs peninggalan budaya serta tempat-tempat menarik untuk dikunjugi. Selain itu, dikawasan ini berdiri sebuah pura bernama pura Agung Jati Pramana Cirebon. Oleh karena itu, kami melakukan perjalan wisata ke kota Cirebon untuk melaksanakan tirta yatra ke pura tersebut. 

Waktu dan Tempat Pelaksanaan :

Perjalanan wisata ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2018. Kami berkumpul di pura Angkasa Amertha Dharma Jati pada pukul 11 malam tanggal 2 Maret 2018, setelah itu kami berangkat pukul 1.30 pagi. Perjalanan dari Bogor menuju Kota Cirebon sekitar 4 jam, sehingga kami tiba di pura Agung Jati Pramana Cirebon pada pukul 6 pagi.


1. Pura Agung Jati Pramana Cirebon

Tujuan pertama kita yaitu Pura Agung Jati Pramana yang merupakan tujuan utama kita untuk melaksanakan tirta yatra. Pembentukan nama pura  ini berasal dari nama salah satu Sunan Gunung Agung yang merupakan salah satu tokoh di Cirebon. Dan IMBnya mulai terbit pada tahun 1994. Pura ini mencangkup 4 wilayah sekaligus, yaitu Indramayu, Kuningan, Majalengka, Kota dan Kabupaten Cirebon. Pura ini biasa melakukan tirta yatra ke daerah Jawa Tengah dikarenakan banyaknya warga pribumi Hindu dan pura ini juga sering diundang dalam acara odalan besar di Jawa Tengah.  Di dalam pura tersebut berdiri sebuah pasraman bernama Widyalaya Cirebon yang terdiri dari 2 kelas dan 1 kantor. Namun terkadang ruang kantor tersebut dijadikan sebagai salah satu kelas belajar bagi murid SMA.

Pasraman Widyalala Cirebon memiliki tingkatan belajar mulai dari paud, SD-SMA dimana murid paud berjumah 10 orang dan murid SD-SMA berjumlah kurang lebih 45 orang. Tidak sedikit murid pasraman yang jarang mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal ini dikarenakan jangkauan jarak yang cukup jauh yang berkisar 1,5 jam. Hal ini menyebabkan para guru memaklumi tindakan tersebut.  Kegiatan belajar mengajar di pasraman ini dilakukan 4 kali dalam sebulan. Minggu pertama sampai Minggu ke-3 dilaksanakan sebagai penyampaian materi atau proses belajar-mengajar. Sedangkan, pada Minggu ke-4 dilaksanakan sebagai kegiatan praktek, seperti kegiatan membaca Bhagavad Gita bersama.  Dalam pemberian nilai kepada murid-murid pasraman, penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Untuk murid kelas 3 SMA pun mengikuti ujian praktek yang diselenggarakan oleh pihak pasraman.

Ketika tiba di pura ini, kami melakukan mandi pagi untuk membersihkan diri, setelah itu kami sarapan bersama di area sekitar pura. Setelah semua kegiatan tersebut dilakukan, kami sembahyang pagi dan setelah selesai sembahyang kami beramah tamah kepada pengurus dan umat disana untuk menjalin tali persahabatan.

2.  Keraton Kasepuhan Cirebon
Setelah dari pura Agung Jati Pramana kami meneruskan perjalanan menuju Keraton Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan keraton termegah dan paling terawat du Cirebon. Keraton ini memiiki motif dari 3 agama, yaitu Hindu, Islam, dan Budha. Namun Keraton Kasepuhan merupakan kerajaan Islam, tetapi motif bagunan, arsitektur, dan alat-alatnya cendrung terdiri dari 3 agama tersebut. Keraton ini cendrung menggunakan bahasa dan budaya gabungan dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, salah satunya yaitu wayang kulit yang terdiri dari 9 wayang yang melambangkan kesempurnaan. Di depan keraton terdapat alun-alun yang biasa dilaksanakan berbagai pertunjukan.

Sesampainya disana, kami dipandu oleh seorang pemandu disana untuk berkeliling. Pertama, kami berjalan menuju museum bernama Museum Pusaka Keraton Kasepuhan. Di dalam museum tersebut banyak terdapat barang berharga peninggalan keraton seperti lukisan, gamelan, keris, dan berbagai barang antik lainnya. Yang paling menarik di dalam museum tersebut adalah kereta singa barong. Kereta tersebut merupakan salah satu kendaraan buatan negeri tercantik, tercanggih, terantik pada masanya karena belum ditemukan mobil. Tetapi pada kereta tersebut terdapat konsep roda yang miring dan bila sudah dijalankan maka roda itu akan seperti roda biasa yang akan menggerakan sayap dan lidah dari sang singa barong. Kereta ini  terbuat dari kayu ulin terbaik, pada kereta tersebut terdapat kepala gajah yang melambangkan budaya Budha, belalai melambangkan budaya Hindu, dan sayap yang melambangkan budaya Islam. Pada masanya, kereta ini akan ditarik oleh 4 ekor kerbau khusus berkeliling keraton. Kereta ini pula memiliki duplikat yang suka dipamerkan bila ada acara khusus dan ditarik oleh 4 ekor kerbau biasa berkeliling keraton.

Hal menarik lainnya, yaitu terdapat lukisan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam bentuk 3 dimensi. Dimana matanya akan mengikuti kita bila dilihat dari sisi manapun. Selain itu, di dalam museum ini juga terdapat sebuah situs bernama Situs Siara Denok. Setelah dari museum kami lanjut berkeliling di dalam keraton. Kami menuju pendopo, dan juga beberapa sumur disana. Seperti Sumur Tujuh, Sumur Kejayaan, dan Sumur Agung. Di dalam sumur tersebut terdapat air yang banyak mengandung mineral dengan pH 7,5. Kami diperbolehkan untuk mencuci muka dan minum dengan air sumur tersebut. Setelah itu kami kembali ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan.
3.  Goa Sunyaragi
              
Kami melanjutkan perjalanan menuju Goa Sunyari setelah istirahat untuk makan siang di restaurant Nasi Jamblang Ibu Nur. Komplek goa ini merupakan salah satu peninggalan dari masa Kesultanan Cirebon. Dulunya, komplek goa ini sunyi karena terdapat di dalam hutan maka dari itu diberi nama Goa Sunyari. Di komplek goa tersebut terdapat sebuah danau yang luas untuk mengairi lahan, tetapi goa tersebut sudah kering dan sekarang dijadikan sebagai panggung seni. Ruangan di dalam goa tersebut terdapat 12 dan dilapisi oleh batuan karang. Sejak Belanda melakukan penyerangan ke kota Cirebon, bangunan ini terkena serangan meriam yang menyebabkan banyaknya batuan karang yang hancur sehingga batuan karang tersebut dipindahkan dan dipasang di panggung seni.

Di Goa Sunyaragi ini kami diajak berkeliling dan diperkenalkan mengenai komplek goa oleh seorang pemandu. Goa ini dahulunya digunakan sebagai tempat bertapa, dan ketika Belanda menemukannya pada dataran yang lebih bawah dibentuk tempat untuk menampung air yang akan Belanda gunakan untuk menampung air sehingga dapat menutupi bangunan seperti pendopo di komplek tersebut. Hal yang menarik dari komple goa ini ada beberapa ruang yang pada bagian batu karangnya terdapat motif batik, yaitu motif batik wadasan.

Selain itu, terdapat sebuah patung gajah yang ditutupi oleh batuan karang. Dan yang terakhir terdapat suatu bagunan yang berbentuk barong. Namun sudah tidak begitu terlihat jelas akibat terkena serangan dari Belanda. Setelah selesai berkeliling dan melihat berbagai ruangan dari komplek Goa Sunyaragi, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan menuju toko oleh-oleh.
4. Batik Trusmi
Setelah dari toko oleh-oleh khas Cirebon kami melanjutkan ke objek wisata terakhir yaitu Batik Trusmi. Batik Trusmi merupakan salah satu pusat industri batik di Cirebon sekaligus sebagai tempat wisata. Ketika memasuki Batik Trusmi kita akan disambut dengan musik dari gamelan, ada pemain gamelan di pintu masuk Batik Trusmi. Di sana, terdapat banyak barang dengan motif batik. Kita dapat membeli berbagai barang dengan batik khas Cirebon, seperti tas, dompet, baju, dll. Bahkan disana terdapat oleh-oleh dan juga makanan khas Cirebon.
5. Pura Angkasa Amerta Dharma Jati
Selesai berkeliling ke semua objek wisata, perjalanan terakhir kami yaitu pulang kemabli menuju Pura Angkasa Amertha Dharma Jati. Kami pulang dari Batik Trusmi sekitar jam 5 sore dan baru sampai di pura pada pukul 9.20 malam. Perjalanan ini memberi berbagai kesan dan banyak hal yang didapat. Salah satunya, menjalin tali persahabatan dengan pura lain dan juga menambah wawasan serta bersenang-senang.  

  Penulis : Ni Putu Suryasih Kusuma Dewi

1 comment: